Mitologi Yunani: Apollo, Pesona Dewa Seni dan Kebijaksanaan
Apollo adalah salah satu dewa yang paling kompleks dan penting. Dia merupakan dewa dari banyak hal, termasuk: musik, puisi, seni, ramalan, pemanah, wabah penyakit, obat-obatan, matahari, cahaya, dan pengetahuan. Dia adalah putra dari Zeus dan Titan Leto, lahir di pulau Delos, Yunani, bersama dengan saudara kembarnya yang lebih tua, Artemis - dewi perburuan.
Baik pengobatan maupun penyembuhan sering dikaitkan dengan Apollo dan dianggap terkadang dimediasi melalui putranya, Asclepius. Namun, Apollo juga dapat membawa penyakit dan wabah yang mematikan.
Apollo juga diasosiasikan dengan kekuasaan atas para penjajah, dan sebagai pelindung kawanan ternak. Dia adalah pemimpin para Muses (juga dikenal sebagai Apollon Musegetes) dan direktur paduan suara mereka - berfungsi sebagai dewa pelindung musik dan puisi.
Dewa Hermes menciptakan kecapi untuk Apollo dan alat musik ini menjadi atribut yang dikenal untuknya. Ketika nyanyian pujian dinyanyikan untuk Apollo, nyanyian itu disebut paean
Pada pesta minum-minum yang diadakan di Olympus, Apollo mengiringi para Muses dengan cithara-nya, sementara para dewi muda memimpin tarian. Baik Leto maupun Zeus sangat bangga dengan putra mereka, yang bersinar dengan keanggunan dan keindahan.
Kelahiran Apollo
Ibu dari Apollo adalah Leto. Ketika sedang mengandung Apollo dan Artemis, yaitu saudari kembarnya, Leto kesulitan mencari tempat untuk melahirkan. Hera telah membuat semua daratan menghindarinya sehingga tidak menemukan tempat untuk melahirkan. Hera sangat membencinya karena Zeus adalah ayah dari anak-anaknya. Hera tidak menyukai Zeus yang terus memiliki anak dengan wanita dan dewi lain.
Namun Poseidon merasa kasihan pada Leto dan menunjukkan sebuah pulau yang tidak menempel bumi sehingga tidak dapat dianggap sebagai daratan. Leto pun pergi ke sana dan melahirkan. Pulau kecil yang terapung itu disebut Delos.
Apollo dan Daphne
Daphne adalah seorang nimfa, putri dari sungai Peneus, yaitu salah satu dewa sungai di Yunani. Daphne adalah sosok yang cantik, muda, dan menarik perhatian. Dia tinggal di hutan dan dikenal karena menghargai keperawanan. Sebagai nimfa, Daphne adalah makhluk gaib yang dianggap sebagai penjaga alam dan sumber air.
Kisah bermula ketika Apollo yang sangat bangga dengan kemampuan memanahnya, mengejek Eros, dewa cinta. Apollo mentertawakan tentang kecil dan lemahnya anak panahnya. Eros marah karena ejekan Apollo. Ia membalas dendam dengan menggunakan anak panah emas yang memicu cinta mendalam, dan anak panah tembaga yang memicu kebencian.
Eros menggunakan anak panah emasnya untuk menumbuhkan cinta Apollo ke Daphne, tetapi menggunakan anak panah tembaga pada Daphne agar merasa jijik dan membenci Apollo.
Apollo menjadi tergila-gila kepada Daphne dan mencoba meyakinkannya agar menerima cintanya. Akan tetapi, Daphne tetap kukuh dalam keputusannya untuk menjadi perawan dan tidak ingin menikah. Hal itu tidak menghentikan Apollo dalam mengejar cinta Daphne. Apollo bahkan semakin tidak terkendali karena cintanya, sehingga menyebabkan Daphne menjadi frustasi dan takut.
Pada suatu kali, ketika Apollo mengejar Daphne, nimfa itu berteriak meminta tolong kepada ayahnya, sungai Peneus, untuk menyelamatkannya. Sungai Peneus mengabulkan doa putrinya dan mengubah Daphne menjadi pohon laurel, yang sering disebut sebagai pohon Apollo. Dengan demikian, Daphne selamat dari cinta Apollo dan hidup sebagai pohon yang tetap hijau dan abadi.
Apollo, yang sangat kecewa karena tidak dapat memiliki Daphne, merangkul pohon laurel sebagai tanda cintanya yang abadi. Dia menjadikan daun laurel sebagai simbol kemenangan dan mengenakan mahkota daun laurel di kepala sebagai tanda penghormatan. Mitos ini menjadi asal-usul daun laurel dipergenukan sebagai simbol keagungan dan kemenangan.
Apollo dan Niobe
Niobe adalah seorang wanita fana yang cantik, putri dari Tantalus dan istri dari Amphion, raja Thebes. Dia memiliki tujuh putra dan tujuh putri, sehingga merasa sangat bangga dan menganggap dirinya lebih hebat daripada dewi Leto, ibu Apollo dan Artemis, karena Leto hanya memiliki dua anak.
Kesombongan Niobe menyinggung hati para dewa, terutama Leto, ibu dari dewa dan dewi kembar Apollo dan Artemis. Leto merasa tersinggung oleh pernyataan Niobe dan meminta anak-anaknya untuk menghukum wanita tersebut atas kesombongannya.
Apollo dan Artemis mematuhi permintaan ibu mereka dan pergi ke Thebes. Apollo memicu wabah penyakit di antara anak-anak lelaki Niobe dan menyebabkan mereka semua meninggal dalam keadaan menyedihkan. Di sisi lain, Artemis memanah anak-anak perempuan Niobe satu per satu hingga semuanya meninggal.
Ketika Niobe menyadari kehancuran keluarganya, dia sangat berduka dan menangis dengan penuh kesedihan. Namun, tidak peduli seberapa banyak dia menangis, tidak ada yang bisa mengembalikan anak-anaknya yang sudah meninggal.
Akhirnya, dalam keputusasaan dan kesedihan yang mendalam, Niobe berubah menjadi batu dan terus menangis. Dewa Zeus, yang merasa kasihan atas nasib Niobe, mengubah batu tersebut menjadi gunung batu di pegunungan Tamanos, di mana air matanya terus mengalir sebagai simbol kesedihan abadi.
Apollo dan Marsyas: Pertandingan Musik
Marsyas adalah satir yang memiliki kemampuan luar biasa dalam bermain alat musik, terutama suling. Dia menemukan suling yang jatuh dari tangan dewi Athena, dan dengan bakat alaminya, dia belajar memainkannya dengan sangat indah.
Apollo, yang merupakan dewa seni dan musik, merasa tersaingi oleh Marsyas. Apollo menantang Marsyas untuk berkompetisi dalam sebuah pertandingan musik.
Dalam pertandingan tersebut, Marsyas memainkan sulingnya dengan indah dan menawan. Namun, saat tiba giliran Apollo, dia memainkan lyre-nya dengan keahlian yang juga luar biasa. Melodi yang dihasilkan dari lyre Apollo mengisi udara dengan keindahan yang tak terlukiskan dan menarik hati para dewa dan makhluk di sekitar. Ketika permainan musik berakhir, para dewa di Gunung Olimpus menetapkan Apollo sebagai pemenang.
Marsyas sangat kecewa atas kekalahannya. Dia menantang Apollo sekali lagi, tetapi dengan bertukar alat musik. Marsyas akan memainkan lyre Apollo, sementara Apollo akan memainkan suling Marsyas. Apollo menolak tawaran tersebut, karena mengetahui bahwa memainkan lyre tidaklah sesederhana memainkan suling. Dan Apollo juga tidak ingin menghina alat musik milik Marsyas. Tetapi Marsyas tetap memaksa dan akhirnya Apollo setuju dengan syarat yang berlaku.
Saat Apollo mulai memainkan suling Marsyas, dia membuat makhluk sekitarnya bergembira dan menari dengan sangat lincah. Namun, ketika Marsyas mencoba memainkan lyre Apollo, dia baru menyadari seberapa sulitnya memainkan alat musik tersebut dan betapa indahnya melodi yang dihasilkan dari lyre Apollo.
Dalam keputusasaan, Marsyas akhirnya menyadari bahwa dia tidak bisa mengimbangi keahlian Apollo, dan menyesali kesalahannya dalam menantang dewa tersebut. Apollo menghukum Marsyas dengan cara yang mengerikan. Dia mengikat Marsyas ke pohon dan menguliti tubuhnya hidup-hidup sebagai hukuman atas kesombongannya. Darah Marsyas yang mengalir menjadi sumber air sungai Marsyas, yang memang dinamai sesuai namanya.
Apollo dan Delphi
Apollo adalah dewa ramalan. Suatu kali, ia menginginkan suatu tempat di mana manusia dapat datang dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Ia akan menggunakan keahliannya dalam meramal untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dia menemukan tempat yang sempurna untuk itu bernama Pytho.
Satu-satunya hal buruk dari tempat itu adalah adanya seekor ular raksasa mengerikan yang bernama Python yang tinggal di sana. Python adalah keturunan dari Gaia, dewi Bumi, dan menjadi penjaga sumber air suci disitu. Namun, Python kemudian menjadi makhluk yang berbahaya dan menakutkan, menyebabkan kesengsaraan bagi penduduk di sekitarnya.
Apollo mendengar tentang kekejaman Python dan memutuskan untuk membalasnya atas nama dewa-dewa. Apollo adalah dewa pemanah yang ulung. Dia memanah Python dengan anak panahnya yang mematikan. Demi menghormati Python dan demi membersihkan diri dari pembunuhan, Apollo merenungkan diri di Pegunungan Parnassus selama sembilan hari. Selama masa merenungnya, Apollo diberkahi oleh Zeus, ayahnya, dengan berbagai kekuatan dan kemampuan. Dia juga menerima misi untuk menjadi pemimpin dan pelindung suci di tempat tersebut.
Setelah kemenangan Apollo atas Python, wilayah Pytho menjadi tempat suci yang dihormati dan diawasi oleh Apollo. Apollo juga mendirikan kuil suci di atas reruntuhan tempat kelahiran Python dan menetap di wilayah tersebut sebagai dewa penjaga dan pemimpin yang adil.
Dengan berjalannya waktu, situs suci tersebut dikenal sebagai "Delphi". Nama ini berasal dari Delphyne yang merupakan nama lain untuk menyebut Python. Selama berabad-abad berikutnya, Delphi menjadi salah satu pusat keagamaan terpenting di Yunani kuno di mana orang-orang datang dari berbagai wilayah untuk mencari ramalan dan petunjuk tentang masa depan. Pythia, pendeta suci yang berbicara atas nama Apollo, menjadi tokoh utama dalam proses konsultasi di Delphi.
Apollo dan Coronis
Coronis adalah seorang wanita yang cantik, putri dari Raja Phlegyas, penguasa dari daerah Thessaly. Dia adalah seorang nimfa atau prajurit perempuan. Pesonanya membuat Apollo jatuh hati kepadanya. Apollo kemudian menjadi sangat dekat dengannya.
Namun, Coronis berselingkuh dengan pria lain dan hamil dari perselingkuhan tersebut. Kabar tersebut sampai ke telinga Apollo melalui seekor burung hantu yang merupakan simbol dari pengetahuan dan penglihatan di malam hari.
Mengetahui tentang perselingkuhan Coronis, Apollo marah besar. Dalam amarahnya, Apollo membunuh Coronis sebagai hukuman atas ketidak setiaannya. Namun, Apollo kemudian menyesal dan merasa sedih karena itu, terutama karena dia mencintai Coronis dengan tulus.
Meskipun tidak bisa mengembalikan kehidupan Coronis, Apollo menyelamatkan janin yang ada dalam kandungan Coronis. Janin itu menjadi dewa Asklepios, dewa obat dan penyembuhan, yang kemudian menjadi salah satu dewa yang sangat dihormati dalam dunia kuno.
Apollo dan Hyacinthus
Hyacinthus adalah seorang pangeran dari Sparta yang sangat dekat dengan Apollo. Hyacinthus adalah seorang pemuda yang sangat tampan, pintar, dan mahir dalam berolahraga, terutama dalam melempar cakram.
Apollo sangat menyukai Hyacinthus dan sering bermain bersamanya. Mereka berdua sering berolahraga bersama dan menikmati alam. Persahabatan mereka menjadi sangat kuat, dan banyak orang menganggap mereka adalah pasangan kekasih yang tak terpisahkan.
Namun, ada yang cemburu terhadap persahabatan mereka, yaitu Zephyrus, dewa angin barat. Zephyrus jatuh cinta pada Hyacinthus dan merasa cemburu pada perhatian dan kasih sayang yang diberikan Apollo pada pemuda tersebut.
Suatu hari, ketika Apollo dan Hyacinthus bermain lempar cakram bersama, tragedi tak terduga terjadi. Apollo melempar cakramnya dengan penuh semangat, Zephyrus mengarahkan anginnya sehingga cakram tersebut berubah arah dan mengenai kepala Hyacinthus. Pemuda itu jatuh tersungkur dan terluka parah. Meskipun dia seorang dewa, Apollo gagal menyelamatkan Hyacinthus dari cedera mematikan akibat terkena cakram itu. Hyacinthus meninggal dalam pelukan Apollo.
Dalam kesedihan yang sangat mendalam, Apollo mengubah darah Hyacinthus yang tumpah di tanah menjadi bunga hyacinth yang indah. Bunga ini kemudian menjadi simbol kesedihan dan kehilangan dalam mitologi Yunani.
Apollo dan Kyrene
Kyrene adalah seorang nimfa, putri dari Raja Hypseus dari Thessaly. Dia adalah seorang wanita yang kuat dan berani, serta terampil dalam berburu dan mengendarai kuda. Dia juga memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan hewan dan sering berburu bersama dengan teman-temannya di hutan dan gunung.
Suatu hari, ketika sedang berburu di pegunungan, Kyrene bertemu dengan Apollo. Apollo langsung jatuh cinta pada Kyrene karena kecantikan dan keberaniannya. Dia mengagumi keterampilan Kyrene dalam berburu dan menyatakan cinta kepadanya.
Kyrene, meskipun terkesan dengan keagungan dan keindahan Apollo, awalnya ragu untuk menerima cintanya karena dia adalah seorang dewa, sedangkan Kyrene adalah seorang wanita fana. Namun, akhirnya dia menyadari bahwa dia juga mencintai Apollo dan menerima cintanya.
Apollo dan Kyrene akhirnya menikah dan tinggal bersama di Pegunungan Pindus di Thessaly. Selama pernikahan mereka, Kyrene melahirkan seorang putra yang bernama Aristaios, yang kemudian menjadi dewa pertanian, peternakan, dan perburuan.
Apollo dan Leucothea
Leucothea awalnya adalah seorang putri bernama Ino, istri dari Raja Athamas dari Boeotia. Namun, dikisahkan bahwa Ino mengalami nasib yang tidak menguntungkan karena kecemburuan Hera. Hera sangat tidak menyukai Ino karena dia telah memberikan perawatan yang baik kepada Dionysus, putra haram Zeus yang lahir dari hubungan rahasia dengan Semele.
Dalam kemarahannya, Hera menaruh kegilaan pada Raja Athamas, dan dia membunuh putra-putra Ino dengan cara yang mengerikan. Ketika Ino melarikan diri dari kemarahan suaminya yang gila, dia melompat ke laut bersama putranya yang masih hidup, Melicertes. Di dalam laut, mereka berubah menjadi dewa-dewi laut yang disebut Leucothea dan Palaimon.
Leucothea menjadi dewi laut yang berkuasa dan dipuja oleh para pelaut dan nelayan sebagai pelindung mereka. Dia dianggap sebagai sosok yang penyayang dan memberikan bantuan kepada mereka yang dalam kesulitan di lautan.
Apollo pernah jatuh cinta pada Leucothea. Dia terpesona oleh keindahannya dan berusaha mendekatinya. Namun, Leucothea menolak cinta Apollo karena dia telah berjanji setia kepada suaminya. Meskipun telah berubah menjadi dewi laut, cinta dan kesetiaan Ino tetap mengikatnya.
Meskipun ditolak, Apollo tetap mengagumi Leucothea. Dia menjadi pelindungnya dan memberikan rahmat kepadanya. Sebagai tanda rahmatnya, Apollo memberi Leucothea kemampuan untuk membantu para pelaut yang dalam kesulitan. Dia memberi petunjuk kepada para pelaut yang hilang dan membantu mereka untuk selamat di tengah badai dan bahaya laut.
Apollo dan Marpessa
Marpessa, juga dikenal sebagai Alcyone, adalah seorang wanita fana yang sangat cantik dan menarik perhatian Apollo. Dia adalah putri dari Raja Euenos dari Epeiros.
Ketika Apollo melihat Marpessa, dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia sangat terpesona oleh kecantikannya dan ingin menjadi kekasihnya. Namun, ada satu hal yang menjadi tantangan dalam hubungan mereka. Marpessa ternyata sudah memiliki kekasih lain, yaitu pahlawan bernama Idas. Marpessa mengatakan bahwa dia mencintai keduanya, baik Apollo maupun Idas, dan merasa bingung tentang pilihan yang harus dia ambil.
Idas, seorang pahlawan yang kuat dan tampan, sangat mencintai Marpessa dan tidak ingin kehilangan dia. Dia memohon pada Marpessa untuk memilihnya dan tetap setia padanya, menawarkan cinta dan perlindungannya.
Marpessa akhirnya membuat keputusan sulit, yaitu tetap bersama Idas. Dia memilih cinta dan perlindungan yang ditawarkan oleh pahlawan fana, daripada cinta yang diberikan oleh seorang dewa yang abadi.
Apollo, meskipun sangat kecewa dengan keputusan Marpessa, menghormati pilihannya dan meninggalkannya dengan rasa terpukul. Dia mengakui bahwa cinta dan kesetiaan adalah hal yang berharga dan bahkan seorang dewa sekalipun tidak dapat memaksakan kehendaknya atas keinginan seseorang.
Apollo dan Kastalia
Kisah tentang Apollo dan Kastalia terjadi di Delphi, tempat suci Apollo yang terkenal dalam mitologi Yunani.
Kastalia adalah seorang nimfa yang cantik. Apollo jatuh cinta pada Kastalia karena kecantikan dan pesonanya. Namun, Kastalia tidak tertarik pada Apollo dan menolak cintanya. Kecewa dengan penolakan tersebut, Apollo mengubah Kastalia menjadi sumber mata air suci, yang kemudian dinamai Kastalia sesuai dengan namanya.
Apollo ingin agar Kastalia selalu hadir di tempat suci itu, sehingga para pelancong dan peziarah yang datang dapat menghormati dan mencuci diri di sumber airnya.
Kastalia, dalam bentuk sumber air, dianggap menjadi perantara antara manusia dan Apollo. Air dari sumber ini diyakini memiliki kemampuan untuk membersihkan dosa dan menghapus kesalahan seseorang, sehingga banyak orang datang untuk mandi di sana sebelum beribadah atau meramal masa depan.
Apollo dan Muses
Muses adalah sembilan dewi yang menjadi sumber inspirasi dalam seni, musik, puisi, tari, dan berbagai bentuk kreatifitas. Mereka adalah pendamping dan pengawal Apollo dalam perannya sebagai dewa seni, musik, dan kebudayaan.
Muses tinggal di Gunung Olimpus, tempat tinggal para dewa, dan sering mengunjungi tempat-tempat suci seperti kuil dan sumber air yang diyakini memiliki kekuatan inspiratif. Mereka sering ditemukan di tempat-tempat seni, seperti teater, gedung musik, dan perpustakaan, untuk memberikan inspirasi dan dukungan bagi seniman dan penulis.
Apollo adalah pemimpin dan pelindung muses. Sebagai dewa seni, Apollo menghormati peran muses dan mengagumi keindahan dan kreativitas yang mereka bawa dalam seni dan musik. Kesembilan muses tersebut adalah:
1. Calliope: Mus dalam puisi epik dan sastra. Dia adalah pemimpin dari muses.
2. Clio: Mus dalam sejarah dan dokumentasi, yang memegang catatan sejarah manusia.
3. Erato: Mus dalam puisi cinta dan lagu-lagu romantis.
4. Euterpe: Mus dalam musik, khususnya seni mengalunkan musik dengan alat musik.
5. Melpomene: Mus dalam teater tragedi dan melankoli.
6. Polymnia: Mus dalam nyanyian puji-pujian dan puisi bernuansa religius.
7. Terpsichore: Mus dalam tarian dan koreografi.
8. Thalia: Mus dalam seni komedi dan riang.
9. Urania: Mus dalam astronomi dan ilmu pengetahuan alam.
Apollo dan Cassandra
Cassandra adalah putri Priam, raja Troya, dan Hecuba. Dia adalah seorang wanita yang sangat cantik dan pandai.
Apollo jatuh cinta padanya dan menawarkan untuk memberinya kemampuan meramal masa depan sebagai hadiah. Cassandra menerima tawaran Apollo tersebut, dan sebagai imbal baliknya, dia harus memberikan cintanya kepada Apollo.
Namun, setelah Cassandra menerima kemampuan meramal tersebut, dia berubah pikiran dan menolak memberikan cintanya kepada Apollo. Hal ini membuat Apollo sangat marah dan merasa ditolak. Dalam kemarahannya, dia memberikan kutukan kepada Cassandra sehingga meskipun dia memiliki kemampuan meramal yang akurat, tidak akan ada orang yang mempercayai ramalannya.
Kemampuan meramalnya kemudian menjadi sumber frustrasi bagi Cassandra. Hal ini karena tidak ada yang mempercayai peringatannya tentang bahaya yang akan menimpa Troya. Dia berusaha keras untuk memperingatkan orang-orang tentang ancaman bangsa Achaea yang berusaha menyerang Troya. Tetapi dia malah dianggap sebagai orang gila atau delusional oleh orang-orang di sekitarnya.
Saat Troya menerima kuda kayu sebagai hadiah dari tentara Achaea, Cassandra meramalkan bahwa itu adalah perangkap berbahaya. Namun, orang-orang Troya tidak mendengarkan peringatannya dan membawa kuda itu masuk ke dalam kota. Hal itu mengakibatkan kehancuran Troya saat tentara Achaea keluar dari dalam kuda dan menyerang kota.
Meskipun Cassandra memiliki kemampuan meramal yang luar biasa, kutukan dari Apollo menyebabkan dia hidup dalam tekanan dan keputusasaan. Cassandra terbukti benar dalam banyak hal, tetapi selalu terlambat mengantisipasi.
Apollo dan Chryses
Chryses adalah seorang pendeta dari Apollo yang memiliki putri bernama Chryseis.
Kisahnya berlatar belakang saat pasukan Yunani (Achaea) mengepung kota Troya selama bertahun-tahun dalam upaya untuk merebut Helen, istri Raja Menelaus dari Sparta, yang diculik oleh Pangeran Paris dari Troya. Selama perang itu, salah satu tentara Yunani, Agamemnon, menangkap Chryseis sebagai hadiah perang.
Chryses sangat berduka karena putrinya ditawan. Dia memohon pada Agamemnon untuk membebaskan Chryseis dan menawarkan tebusan yang besar sebagai gantinya. Namun, Agamemnon menolaknya dengan keras, dan meminta Chryses pergi meninggalkan perkemahan mereka. Chryses kemudian pergi ke kuil Apollo dan memohon bantuan. Dia memohon Apollo untuk menghukum pasukan Yunani karena eksploitasi putrinya yang tidak bersalah.
Apollo mendengar doa Chryses dan marah atas perlakuan Agamemnon terhadap pendetanya. Sebagai balasan, Apollo melepaskan wabah penyakit mengerikan di perkemahan pasukan Yunani. Wabah ini menyebabkan banyak prajurit Yunani tewas, dan Agamemnon menyadari bahwa ini adalah hukuman atas perlakuannya terhadap Chryseis.
Para konselor dan dukun menyarankan untuk membebaskan Chryseis untuk menghentikan wabah itu. Agamemnon setuju. Namun, sebagai gantinya, dia meminta Briseis, seorang wanita yang seharusnya menjadi hadiah perang untuk Achilles, sebagai pengganti Chryseis. Hal ini menyebabkan ketegangan dan konflik antara Agamemnon dan Achilles, dan Achilles menarik diri dari medan perang sebagai bentuk protes.
Apollo dan Ramalan Kematian Agamemnon
Agamemnon adalah salah satu penguasa dari Achaea dan menjadi panglima perang pasukan Yunani selama Perang Troya. Dia adalah saudara laki-laki Menelaus, suami Helen yang diculik oleh Paris, pangeran Troya, yang menjadi penyebab utama dari perang tersebut.
Saat persiapan Perang Troya, Agamemnon mendapat tantangan untuk membunuh seekor rusa suci milik dewi Artemis di Aulis. Akibatnya, dewi Artemis murka dan menahan angin yang diperlukan untuk berlayar menuju Troya. Untuk meredakan kemarahan dewi tersebut, Agamemnon harus mengorbankan putrinya, Iphigenia, sebagai persembahan untuk mendapatkan angin yang dibutuhkan agar armada pasukan Yunani bisa berangkat ke Troya.
Selama perang itu, Agamemnon juga mendapat konflik internal dengan para pahlawannya, terutama Achilles. Achilles adalah pahlawan terkuat di pasukan Yunani. Agamemnon merampas Briseis, budak perempuan yang menjadi milik Achilles sebagai hadiah perang atas penaklukan kota Lyrnessus. Ini menyebabkan Achilles menarik diri dari medan perang, dan mempengaruhi kinerja pasukan Yunani dalam pertempuran melawan Troya.
Selama perang berlangsung, Apollo mendukung Troya dan para pahlawannya, termasuk Hector. Dia memfasilitasi pertempuran dengan melemparkan panah ke pasukan Yunani.
Namun, Apollo juga memainkan peran dalam memberikan ramalan tragis kepada Cassandra, tentang nasib buruk yang akan menimpa Agamemnon ketika pulang ke rumahnya di Mycenae setelah perang. Ramalan tersebut mengatakan bahwa Agamemnon akan dibunuh oleh Clytemnestra, yaitu istrinya sendiri.
Ketika Perang Troya berakhir dan Agamemnon kembali ke Mycenae, ramalan Cassandra menjadi kenyataan. Clytemnestra dan Aegisthus, kekasih Clytemnestra, membunuh Agamemnon sebagai pembalasan atas kematian Iphigenia, yaitu putri mereka yang dikorbankan demi mendapat angin pelayaran dari Artemis. Dan juga atas penderitaan yang ditimbulkan Agamemnon kepada keluarga Clytemnestra selama perang.
Kekuatan Utama Apollo
1. Dewa Seni dan Kebudayaan: Apollo adalah dewa seni, musik, puisi, dan segala bentuk ekspresi kreatif. Dia memberi inspirasi kepada seniman, penyair, musisi, dan para penulis untuk menciptakan karya-karya luar biasa.
2. Dewa Musik: Apollo adalah pemain cithara yang sangat terampil dan sering dikaitkan dengan musik. Dia juga dianggap sebagai pemimpin para muses, dewi-dewi inspirasi dalam seni dan musik.
3. Dewa Ramalan: Apollo adalah dewa ramalan dan orakel. Di kuilnya yang terkenal di Delphi, para Pythia akan memberikan ramalan dari Apollo kepada mereka yang mencari petunjuk dan nasihat.
4. Dewa Kesembuhan: Selain sebagai dewa seni dan musik, Apollo juga dianggap sebagai dewa penyembuhan. Dia memiliki kemampuan untuk menyembuhkan penyakit dan memberikan perlindungan medis.
5. Dewa Keindahan dan Kecantikan: Apollo adalah dewa keindahan dan kecantikan. Dia sering digambarkan sebagai sosok yang tampan dan menawan, dengan ciri-ciri fisik yang sempurna.
6. Dewa Kebijaksanaan: Apollo juga dihormati sebagai dewa kebijaksanaan dan pengetahuan. Dia adalah sumber kebijaksanaan dan nasihat. Banyak yang datang kepadanya untuk meminta petunjuk.
7. Dewa Keperkasaan: Apollo juga terkait dengan keperkasaan dan kekuatan. Dia adalah pahlawan dalam banyak mitos yang menunjukkan ketangguhan dan keberanian dalam melawan musuh-musuhnya.
Fakta tentang Apollo
Apollo adalah putra Leto dan Zeus. Dia lahir di pulau Delos.
Dia dan saudara kembarnya, Artemis, yang juga seorang atlet Olimpiade, memiliki bakat memanah.
Nama depannya, Phoebus, berarti "terang" atau "murni" dan menghubungkannya dengan neneknya, Titan Phoebe.
Apollo adalah musisi hebat penghibur Olympus dengan permainan kecapi emasnya. Kecapi itu dibuat oleh Hermes.
Sembilan Muses adalah teman-temannya; mereka adalah dewi-dewi yang dikenal sebagai inspirasi seni dan musik.
Apollo mengajari manusia seni pengobatan, sehingga ia sering disebut sebagai "Sang Penyembuh".
Apollo sering juga disebut sebagai Dewa Cahaya dan Dewa Kebenaran.
Apollo berperan sebagai perantara antara para dewa dan manusia.
Karena kejujuran dan integritasnya, ia dianugerahi karunia nubuat dan ramalan.
Apollo memainkan peran penting dalam Perang Troya. Dia menginfeksi perkemahan Yunani dengan wabah penyakit dan membantu Paris membunuh Achilles.
Ironisnya, Apollo juga seorang pemurni, yang mampu membersihkan bahkan mereka yang ternoda oleh darah kerabat mereka.
Lumba-lumba dan angsa adalah hewan yang disucikan olehnya.
Pohon salam, yang digunakan di Yunani sebagai simbol status, adalah pohon Apollo.
Apollo dipercaya telah membunuh para Cyclops sebagai hukuman karena mempersenjatai Zeus dengan petir.
Asclepius mungkin adalah putra Apollo yang paling terkenal, meskipun dia memiliki banyak anak.
Dewa atas: musik, kecerdasan, peradaban, kebenaran, logika, alasan, ramalan, pemurnian, puisi, wabah, ramalan, matahari, penyembuhan, memanah, cahaya, dan obat-obatan
Simbol: Kecapi, Karangan Bunga Laurel, Busur dan Anak Panah, Tripod, Murad, Ular Piton, Gagak, Serigala, Lumba-lumba, Angsa, Tikus
Hewan suci: Serigala, Lumba-lumba, Angsa
Orang tua: Zeus dan Leto
Anak-anak: Asclepius, Troilus, Aristaeus, Orpheus